Jumat, 06 Maret 2009

Masyarakat Puring Kencana Bersalin di Malaysia Bisa Sekolah Gratis

Kecamatan Puring Kencana dihuni kurang lebih tiga ribu jiwa. Rata-rata mereka bekerja sebagai buruh bangunan di Malaysia dan petani lada. Bahkan, tidak sedikit warga yang menjadi perantau di kecamatan lain. Mereka berangkat keluar kabupaten untuk mencari nafkah. ''Mereka yang tidak memiliki lahan pertanian lebih memilih bekerja di luar daerah, khususnya di Malaysia,'' ujar William.Fasilitas kesehatan juga minim. Meskipun Puring Kencana memiliki satu unit puskesmas, tidak ada dokter yang bertugas di sana. Apabila ada warga yang hamil dan sakit parah, mereka lebih memilih melahirkan dan berobat di Rumah Sakit Batu Lintang (nama kecamatan di Malaysia Timur). Alasannya, pelayanan di Batu lintang lebih berkualitas. Anak yang dilahirkan juga akan dibuatkan surat beranak atau akta kelahiran gratis. ''Surat beranak tersebut akan menjadi syarat untuk mendapatkan IC atau kartu identitas,'' papar William. William mengatakan, anak yang lahir di Malaysia secara mudah masuk sekolah di Negara itu, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, bahkan kuliah. Tidak sedikit warga yang sebelumnya mengenyam pendidikan di Malaysia bekerja sebagai karyawan perusahaan. ''Karena itu, jangan heran apabila ada warga kita yang lebih bangga bisa menyekolahkan anaknya di Malaysia,'' ungkapnya. Pemerintah Indonesia hanya mampu membangun sembilan unit SD dan satu unit SMP di Puring Kencana. Itu pun tenaga pengajar yang ditugaskan sangat kurang. Fasilitas yang disediakan untuk proses belajar mengajar sangat-sangat minim. Jangan heran apabila warga lebih memilih menyekolahkan anaknya di Malaysia. Pertimbangannya, mutu dan kualitas pendidikan di Malaysia jauh lebih baik daripada sekolah di Puring Kencana. Apalagi, pemerintah Malaysia menyediakan asrama khusus pelajar dan membebaskan biaya pendidikan mulai SD hingga SMP. (Jawa pos, 7,03,09, dra/boy/amk/jpnn/ruk)